Indoborneonews, Jakarta – Nilai tukar rupiah belum juga bangkit dari pelemahannya terhadap dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, hari ini rupiah kembali turun sebesar 0,19 persen atau 32 poin menjadi Rp16.708 per dolar AS.
Analis Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dari sisi ekternal pergerakan rupiah masih dipengaruhi sentimen suku bunga the Fed. “Pelaku pasar telah mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga dalam waktu dekat,” ujarnya, Selasa (4/11/2025).
Pernyataan beberapa pejabat the Fed yang berbeda-beda terkait perekonomian, menambah ketidakpastian. “Beberapa pembuat kebijakan menekankan perlunya kewaspadaan terhadap inflasi, yang lainnya menyebut tanda-tanda perlambatan momentum pasar tenaga kerja,” ucap Ibrahim.
Perpecahan pandangan itu membuat pasar semakin ragu bahwa the Fed akan melanjutkan pemotongan suku bunga. Kondisi ini membuat mata uang dolar AS terus menguat.
Selain itu shutdown pemerintah AS sudah berlangsung selama 33 hari, dan belum ada tanda-tanda jalan keluarnya. Di sisi lain, Presiden Trump kembali berulah dengan pernyatannya untuk melakukan kontrol ekspor teknologi ke Tiongkok.
Pada hari Senin, Trump mengatakan bahwa chip Blackwell tercanggih Nvidia akan dicadangkan untuk penggunaan domestik. Disebutkan chip tersebut tidak akan dijual ke Tiongkok.
“Komentar tersebut membuat pelaku pasar kembali was-was akan gangguan rantai pasok. Serta memicu kekhawatiran akan terganggunya pertumbuhan sektor teknologi Tiongkok,” kata Ibrahim.
Di dalam negeri, pelaku pasar mencermati laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait perkembangan inflasi. Secara bulanan, inflasi bulan Oktober tercatat sebesar 0,28 persen, secara tahunan sebesar 2,8 persen.
Laju inflasi Oktober meningkat dibandingkan bulan September yang sebesar 2,65 persen. “Kelompok pengeluaran penyumbang terbesar inflasi adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 3,05 persen,” ucap Ibrahim.
Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan dengan andil inflasi 0,21 persen. “Pasar kini menunggu rilis data pertumbuhan ekonomi yang akan diumumkan BPS Rabu (5/11/2025),” kata Ibrahim,
Konsensus ekonom, tambah Ibrahim memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III sebesar 5 persen secara tahunan. “Angka itu sejalan dengan perkiraan pemerintah yang juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III berada di kisaran 5 persen,” ujar Ibrahim menutup analisisnya.
Sumber kbrn












