Perang Dingin Gaya Baru: Rusia-AS Saling Tunggu Siapa Tembak Nuklir Duluan

Indoborneonews,MOSKOW – Ketegangan nuklir kembali membayangi dunia. Rusia dan Amerika Serikat (AS) kini terlibat dalam situasi saling menunggu, siapa yang akan lebih dulu menekan tombol uji coba senjata nuklir.

Langkah Presiden AS Donald Trump yang memerintahkan Pentagon memulai uji coba memicu respons keras dari Moskow.

Kepala Dewan Keamanan Nasional Rusia Sergei Shoigu menegaskan, Presiden Vladimir Putin telah memberi instruksi jelas, Rusia akan menguji coba senjata nuklir hanya jika negara lain melakukannya lebih dulu.

“Jika mereka mulai menguji coba, tentu saja kita akan melakukan hal yang sama,” ujar Shoigu di Moskow, dikutip Sabtu (1/11/2025).

Pernyataan itu menjadi sinyal bahwa dunia kini kembali berada dalam bayang-bayang mutual deterrence, doktrin yang dulu mendominasi era Perang Dingin. Kedua kekuatan besar sama-sama memegang senjata pemusnah massal, namun menahan diri agar tidak menjadi pihak pertama yang memicu krisis global.

Trump sebelumnya memerintahkan Departemen Pertahanan (Pentagon) untuk segera memulai kembali uji coba senjata nuklir, dengan alasan negara lain, terutama Rusia, juga melakukannya

Karena negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang untuk mulai menguji senjata nuklir kita secara setara,” tulisnya di media sosial Truth Social.

Kremlin menolak keras tudingan itu. Juru bicara Dmitry Peskov menegaskan bahwa Rusia belum pernah melanggar moratorium nuklir.

Dia menjelaskan, dua senjata yang diuji Moskow, rudal jelajah Burevestnik dan drone torpedo Poseidon, memang bertenaga nuklir, namun tidak membawa hulu ledak nuklir.

“Kami berharap AS memahami hal ini agar tidak menimbulkan persepsi negatif,” ujarnya.

Sementara itu, para pengamat menilai kondisi saat ini menyerupai babak baru Perang Dingin versi 2.0. Kedua negara tampak berhitung dengan cermat, menjaga agar tidak terlihat lemah namun juga tidak melampaui garis bahaya. Dunia pun kembali cemas, khawatir rivalitas nuklir dua kekuatan besar itu bisa memicu krisis global baru jika salah satu pihak kehilangan kendali.

Sumber inews.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *