indoborneonews,Jakarta – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, melanjutkan kunjungan kenegaraannya, usai mengunjungi Pavilion Indonesia dalam ajang Expo 2025 Osaka, Jepang. Kali ini Kepala Negara beserta rombongan terbatasnya, bertolak menuju New York, Amerika Serikat (AS).
Dalam keterangan resmi Sekertariat Presiden (Setpres), keberangkatan Presiden ini, untuk menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Turut mendampingi Presiden dalam lawatannya ini, yakni Menteri Luar Negeri (Menlu), Sugiono dan Sekertaris Kabinet (Seskab), Teddy Indra Wijaya.
Kepala Negara bertolak melalui Bandar Udara Internasional Kansai, Osaka, Jepang. Presiden Prabowo dengan rombongan terbatasnya berangkat sekitar pukul 16.15 waktu setempat.
Sejumlah pejabat Jepang, turut melepas keberangkatan Presiden Prabowo, seperti diantaranya Former Assistant Ch Cabinet Secretary Jepang, Keiichi Ichikawa. Tidak hanya itu, turut hadir pula dalam keberangkatan Kepala Negara, Ambassador in Charge Kansai Region, Yasushi Misawa.
Sementara dari jajaran pemerintah Indonesia yang turut melepas keberangkatan Presiden Prabowo, yakni Kuasa Usaha Ad Interim, Maria Renata Hutagalung. Selain itu turut hadir Konsul Jenderal RI untuk Osaka John Tjahjanto Boestami, dan Atase Pertahanan RI Tokyo, Laksmana TNI Hidayaturrahman.
Diketahui, Presiden Prabowo Subianto diagendakan akan menyampaikan pidato dalam sesi debat umum, pada Sidang ke-80 Majelis Umum PBB. Selain itu dalam momen tersebut, Kepala Negara juga dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara dunia.
Menurut pendiri FPCI Dino Patti Djalal, kehadiran Presiden Prabowo di PBB lanjutkan tradisi diplomasi keluarga. “Kami berharap Presiden Prabowo terus perjuangkan multilateralisme dunia seperti almarhum Prof. Sumitro,” ujar Dino.
Saat itu, Prof. Sumitro pimpin delegasi Indonesia di PBB 1948-1949, masa penting sejarah dan posisi bangsa di dunia. Salah satu diplomasi monumental Sumitro adalah memorandum dikirim dari Kantor RI di PBB ke Menlu AS Robert Lovett.
Memorandum dimuat di The New York Times 21 Desember 1948, kecam agresi Belanda sebagai ancaman ketertiban dunia. Agresi Belanda pelanggaran Perjanjian Renville dan perundingan Indonesia-Belanda, serta cederai legitimasi PBB.
Sumitro juga galang dukungan negara-negara Asia lewat pertemuan di India Januari 1949 untuk hentikan agresi Belanda. Ia berhasil membangun solidaritas Asia dan tuntut pembebasan pimpinan Republik Indonesia.
Puncaknya, Belanda akui kedaulatan Indonesia lewat Konferensi Meja Bundar Desember 1949. Setahun kemudian, 17 Agustus 1950, RIS resmi jadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dino menilai, pidato Presiden Prabowo di Sidang Umum ke-80 PBB beri angin segar multilateralisme dunia. “Multilateralisme saat ini sedang terpuruk di banyak negara,” kata mantan Dubes RI untuk AS itu.
Tenaga Ahli Badan Komunikasi Pemerintah Hamdan Hamedan tekankan makna strategis pidato Presiden di PBB nanti. Presiden Prabowo akan bicara urutan ketiga, setelah Presiden Brasil dan Presiden Amerika Serikat.
“Saat ruangan penuh, dunia tertuju dan pesan pidato bentuk nada utama debat umum PBB,” ujar Hamdan. Setelah 10 tahun absen, Presiden Indonesia kembali hadir di panggung utama dunia.
Pidato Prabowo di PBB jadi momentum penting perkuat posisi Indonesia sebagai bangsa besar. “Ini penampilan langsung Presiden Indonesia di UNGA setelah lebih satu dekade, menegaskan peran diplomasi Indonesia,” kata Hamdan.
Sumber kbrn