145 Negara Dukung Presiden Palestina Pidato di Sidang Umum PBB, AS makin Tersudut

Indoborneonews,NEW YORK – Mayoritas besar negara anggota PBB memberikan dukungan kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk memberikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB ke-80, meski Amerika Serikat (AS) melarangnya.

Dalam pemungutan suara Majelis Umum PBB, Jumat (19/9/2025), sebanyak 145 negara mendukung resolusi yang memungkinkan Abbas menyampaikan pidatonya secara virtual.

Hanya lima negara yang menolak, sementara enam lainnya memilih abstain. Keputusan itu menjadi sinyal kuat bahwa isu Palestina masih mendapat simpati luas di dunia internasional, sekaligus memperlihatkan posisi AS yang makin terisolasi dalam diplomasi PBB.

Lewat resolusi baru, Abbas tetap bisa memberikan pidato di forum internasional melalui video. Dia juga dijadwalkan hadir secara virtual pada pertemuan puncak Solusi Dua Negara yang digelar Prancis dan Arab Saudi pada 22 September mendatang.

Pertemuan itu diharapkan menjadi momentum baru untuk mendorong lebih banyak negara mengakui kemerdekaan Palestina.

AS sebelumnya menolak memberikan visa kepada Abbas dan pejabat tinggi Palestina lainnya, dengan alasan Otoritas Palestina dan PLO dianggap tidak mematuhi komitmen Perjanjian Oslo. Keputusan ini dinilai bertentangan dengan Perjanjian Markas Besar PBB 1947, yang mewajibkan AS sebagai tuan rumah mengizinkan diplomat asing menghadiri forum PBB.

Langkah Washington justru memicu kritik internasional, termasuk dari sekutu dekatnya seperti Prancis dan Australia, karena dianggap menggunakan kebijakan domestik untuk membatasi representasi Palestina di panggung global.

Dukungan telak dari 145 negara menegaskan jurang perbedaan antara AS dan mayoritas komunitas internasional dalam menyikapi konflik Israel-Palestina. Sementara Washington terus memperketat ruang gerak Palestina di forum global, banyak negara justru semakin vokal mendorong pengakuan terhadap Palestina sebagai negara berdaulat.

Situasi ini memperlihatkan bahwa politik blokade diplomatik AS justru berbalik arah, memperkuat posisi Palestina dan mempermalukan Washington di mata dunia.

Sumber inews.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *