Indoborneonews,JENEWA – Perintah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir menuai kecaman keras dari berbagai kalangan internasional. Langkah kontroversial tersebut dinilai bukan hanya tidak memiliki dasar kuat, tapi juga berpotensi meruntuhkan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), salah satu pilar utama keamanan global.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata (ACA) Daryl Kimball menyebut keputusan Trump sebagai tindakan “bodoh” yang akan memicu reaksi berantai dari negara-negara lain pemilik senjata nuklir.
“Tidak ada negara, kecuali Korea Utara, yang telah melakukan uji coba nuklir di abad ini. Dengan secara bodoh mengumumkan niat untuk melanjutkan uji coba, Trump akan memicu penolakan publik yang kuat di Nevada, dari sekutu-sekutu AS, dan bahkan bisa menyebabkan runtuhnya Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir,” ujar Kimball, dikutip dari Sputnik, Kamis (30/10/2025)
NPT, yang telah berlaku sejak 1970, merupakan fondasi utama pengendalian penyebaran senjata nuklir di dunia. Melalui perjanjian ini, negara-negara penandatangan sepakat untuk mencegah proliferasi nuklir dan berkomitmen terhadap pelucutan senjata secara bertahap.
Namun, langkah Trump justru dinilai melanggar semangat NPT, karena mendorong negara lain untuk melakukan hal serupa dengan dalih menjaga keseimbangan kekuatan militer.
Kimball memperingatkan, jika AS, sebagai negara dengan persenjataan nuklir terbesar di dunia, melanjutkan uji coba, negara lain seperti Rusia, China, India, dan Pakistan mungkin akan mengikuti langkah serupa.
Kimball menegaskan AS tidak memiliki alasan teknis, militer, atau politik yang cukup untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir.
Menurut dia, teknologi modern sudah memungkinkan simulasi dan pengujian sistem persenjataan tanpa perlu melakukan ledakan nuklir nyata.
“Badan Keamanan Nuklir Nasional AS memperkirakan butuh setidaknya 36 bulan untuk mempersiapkan lokasi uji coba di Nevada,” ujarnya.
Artinya, langkah Trump bukan didorong oleh kebutuhan strategis, melainkan lebih pada ambisi politik dan simbol kekuatan militer.
Dalam pernyataannya di platform Truth Social, Trump beralasan perintah tersebut dikeluarkan untuk menyamai langkah negara lain yang juga tengah menguji kemampuan nuklirnya.
“Karena negara-negara lain menguji coba program-program mereka, saya memerintahkan Departemen Perang untuk memulai uji coba senjata nuklir menggunakan dasar yang setara. Proses tersebut akan dimulai secepatnya,” tulis Trump.
Dia menegaskan, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia. Namun, dia mengaku khawatir dengan cepatnya peningkatan kemampuan nuklir China.
“AS memiliki kekuatan nuklir terbesar di dunia, tetapi China bisa menyusul dalam lima tahun,” tuturnya.
Sumber inews.id












