Indoborneonews,Jakarta – Harga emas dunia diperkirakan masih berada di kisaran USD3.350 per troi ons. Namun, disebutkan bahwa harga emas masih berpeluang naik sepanjang semester kedua tahun ini.
Pada Senin (4/8/2025), harga emas berada pada posisi USD3.358 per troi ons, turun 0,13 persen dibandingkan sehari sebelumnya. “Harga emas dunia dapat menembus USD3.350 per troi ons pada minggu depan,” kata analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi.
Menurut dia, prediksi tersebut didukung analisis fundamental dan teknikal yang menunjukkan tren kenaikan harga. Harga emas akan bergerak pada kisaran “support” USD3.334 hingga “resistance” USD3350 per troi ons dalam jangka pendek.
“Namun, saya optimistis emas bisa mencapai USD3.600 pada semester kedua 2025 ,” ucapnya. Harga emas di Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan dua persen, setelah data ketenagakerjaan negara itu menunjukkan pelemahan signifikan.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Non-Farm Payrolls (NFP) hanya bertambah 73.000 pada Juli 2025. Ini berarti lebih rendah dari perkiraan para ekonom, sehingga mendongkrak tingkat pengangguran nasional menjadi 4,2 persen dari 4,1 persen.
Lemahnya pertumbuhan lapangan kerja membuat pasar memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga The Fed mulai September 2025. Di tengah desakan tersebut, satu dari tujuh gubernur The Fed, Adriana Kugler, mengundurkan diri dari jabatannya.
Faktor lain yang dapat mendorong kenaikan harga emas dunia adalah perang dagang yang kembali memanas. Presiden AS, Donald Trump, telah mengumumkan kenaikan tarif hingga 50 persen untuk puluhan negara mulai 7 Agustus 2025.
“Negara-negara industri besar seperti Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan akan dikenakan bea masuk sebesar 15 persen,” ucap Ibrahim. Sementara tarif yang lebih tinggi akan dikenakan pada negara-negara lain, termasuk pungutan 50 persen untuk Brasil.
Trump juga menaikkan tarif untuk Kanada menjadi 35 persen terkait barang-barang yang tidak mematuhi perjanjian AS-Meksiko-Kanada. Perjanjian tersebut ditandatangani pada masa jabatan pertama Trump sebagai Presiden AS.
Trump juga menyatakan akan memberikan sanksi lebih berat berupa tarif impor hingga 100 persen. Khususnya kepada pembeli minyak terbesar Rusia, yaitu Tiongkok dan India.
Negara yang disebut terakhir ini juga akan dikenakan tarif sebesar 25 persen. “Ini dikenakan kepada India atas hubungannya dengan Moskow,” ujar Ibrahim menutup analisisnya.
Sumber kbrn