Indoborneo news -Setiap tahun, jutaan umat Muslim dari berbagai penjuru dunia memadati Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Salah satu pemandangan selalu menarik perhatian adalah kerumunan jemaah berebut mencium Hajar Aswad, batu hitam terletak di salah satu sudut Ka’bah.
Hajar Aswad dipercaya berasal dari surga dan memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Rasulullah SAW sendiri pernah mencium batu tersebut, dan perbuatan beliau menjadi teladan bagi umat Islam.
Mencium atau menyentuh Hajar Aswad dianggap sebagai bentuk penghormatan dan ibadah, meskipun tidak diwajibkan dalam tawaf. Hal ini di sampaikan Doktor Hi Husni Idrus Lc M. Si dalam acara Religi Pagi RRI Gorontalo, Sabtu (3/5/2025).
Menurutnya, para ulama menegaskan, tidak ada pahala khusus dari mencium Hajar Aswad jika dilakukan dengan menyakiti orang lain. Karena itu, disarankan melambai ke arahnya jika tidak memungkinkan untuk mencium langsung, sebagai bentuk isyarat penghormatan.
Meskipun petugas keamanan berusaha mengatur kerumunan, desakan tetap terjadi. Sehingga, kesadaran jemaah tentang pentingnya keselamatan dan adab dalam beribadah menjadi perhatian utama.
Dirangkum berbagai sumber, Fadhilah (keutamaan) mencium Hajar Aswad berasal dari ajaran Rasulullah SAW. Kedudukannya yang istimewa dalam Islam.
Berikut beberapa poin penting:
1. Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW
Rasulullah SAW mencium Hajar Aswad ketika tawaf dan menganjurkan umatnya untuk menirunya. Mencium Hajar Aswad termasuk bentuk ittiba’ (mengikuti sunnah), sebagaimana dilakukan oleh Umar bin Khattab yang berkata:
> “Aku tahu bahwa engkau hanyalah sebuah batu, tidak memberi mudarat dan tidak memberi manfaat. Kalau bukan karena aku melihat Rasulullah menciummu, aku tidak akan menciummu.”(HR. Bukhari dan Muslim)
2. Menghapus Dosa
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:
> “Sesungguhnya Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim adalah dua batu dari batu-batu surga. Allah menghapus dosa-dosa orang yang menyentuh keduanya dengan ikhlas sebagaimana daun kering gugur dari pohonnya.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, hasan)
3. Disaksikan di Hari Kiamat
Hajar Aswad akan menjadi saksi bagi orang-orang yang menyentuhnya dengan keikhlasan:
> “Demi Allah, Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dengan memiliki dua mata yang bisa melihat dan lisan yang bisa berbicara, yang akan menjadi saksi bagi orang-orang yang menyentuhnya dengan benar.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, hasan)
sumber kbrn